24 May 2007

MENANG ATAU PSEUDOMENANG



Hari kamis tgl 24 Mei 2007, dini hari waktu indonesia bagian barat telah menjadi saksi keperkasaan AC Milan menundukkan Steven Gerrard dan kawan-kawan. Paling tidak puluhan juta pasang mata di Indonesia ikut menjadi saksi atas kehebatan pasukan Ancheloti membuat dua gol di final liga champion di Athena. Kemenangan 2-1 bagi milan atas liverpool, bagi masing-masing pendukung pasti akan merasa senang atau sedih tinggal anda adalah pendukung mana?.


Kita ucapkan selamat pada yang menang dan jangan sedih bagi yang kalah, you never walk alone ( kamu tidak berjalan sendirian) itu ungkapan yang selalu mengiringi kemanapun dan apapun kondisi klub yang mereka banggakan Liverpool. Eropa mungkin saat itu benar-benar menjadikan momen satu tahunan ini daya tarik tersendiri, apalagi ketika pertandingan sebelum dimulai, jauh-jauh hari persiapan yang pasti menghabiskan dana jutaan poundsterling itu sudah digembar-gemborkan. Belum lagi prediksi-prediksi yang membuat penggilan bola semakin terpacu adrenalinnya. Rumah judi sepertinya tidak kehabisan ide untuk menetapkan bursa taruhan untuk kedua tim yang sudah berlaga tersebut. Luar biasa memang pengaruh dari sebuah pertandingan sepakbola. Seakan-akan stadium sepakbola itu adalak katedral yang berisi pendeta-pendeta lapangan yang mengajarkan ayat-ayat suci lewat gol-gol spektakulernya.


Tidak usah jauh-jauh ke Eropa malam pertandingan (waktu indonesia) final champion 2007 ini saja tampak terlihat meramaikan kota kecil Purwokerto dengan menggelar nonton bareng dimana sebelumnya diawali pertunjukkan band-band terkenal se-Purwokerto yang diadakan di lapangan dekat kampus UNSOED. Penonton bersorak riang ketika gol-gol tercipta seakan ada magnet yang mengharuskan mereka berteriak. Pasti mereka telah lupa saat itu sudah jam tiga pagi, begadang menjadi anjuran massal untuk pertandingan ini. Umumnya hal ini telah menjadi kebiasaan dan bisa jadi akan membudaya, perilaku-perilaku yang dipengaruhi oleh even tahunan ini sebenarnya sangat variatif dan banyak. Sebagai misal ada pengaruh model judi profesional ala bursa taruhan yang muncul di level elit Eropa, dilakukan juga oleh sebagian orang-orang yang berada dikampung-kampung dan kebetulan ikut nonton pertandingan ini.

Jarak ribuan mil ternyata tidak mempengaruhi orang untuk tidak diam meniru dengan judi. Uang taruhan pun tidak begitu besar ada yang 20.000 samapai ratusan ribu. Bahkan mahasiswa-pun ikut ambil bagian pula untuk memainkan uang haram ini.
Sebenarnya kemenangan yang dirasa para penggila bola itu semu, apalagi ketika kita orang indonesia yang berteriak kegirangan atas sebuah kemenangan klub sepakbola. Kenapa? karena jelas hal tersebut tidak memberi pengaruh positif sedikit-pun dalam hidup kita, well kalau hanya untuk hiburan mungkin itu tidak masalah akan tetapi kalau kemudian harus menjadi way of life atau persoalan hidup mati kita rasa-rasanya ada yang nggak pas. Belum lagi ada yang sampai berjudi dan kalah, kemudian membodoh-bodohkan para pemain yang kita tonton di televisi. Mungkin saat itu kita sebenarnya yang bodoh. Daya hipnotis gaya hidup seperti ini menjadi racun yang sangat susah dicari penawanarnya. Apalagi kalau kemudian iming-iming tersebut telah menciptakan masyarakat hedonis, dengan apologi menghilangkan stress. Tapi stress tidak hilang malah tambah stress karena uang habis. Hiburan yang mahal pada akhirnya. Lihat saja rakyat tetap banyak yang miskin, Eropa tambah kaya pahami berapa hak siar yang harus dibeli oleh stasiun televisi hanya untuk satu pertandingan ini?.

Selain itu sepakbola indonesia masih itu-itu saja dan tidak berkembang sampai level dunia, bahkan kita juga belum bisa melihat ada satu pemain kita yang merumput di klub elit Eropa yangmana kebetulan membawa klubnya masuk final liga champion sampai mengangkat trofi kemenangan. Kebanyakan pemain tersebut bukankah dari negara lain?, mungkin kita perlu tinjau ulang semangat kebangsaan kita. Atau kita perlu belajar pada Frederik Canoute yang dibesarkan oleh perancis tapi tidak memilih timnas perancis yang dibela akan tetapi Mali. Ada hal yang dia tetap pertahankan dalam bermain bola saat sekarang membela klub elit spanyol Sevilla. Dia enggan memakan logo sponsor yang merupakan perusahaan rumah judi dengan alasan bertentangan dengan keyakinannya. Kebetulan Canoute seorang muslim. Mengagumkan memang, apalagi prestasi sevilla semakin cemerlang akhir-akhir ini dengan menjawarai gelar Eropa lewat Piala UEFA. Tidak sedikti pengaruh Canoute disana. Bagaimana apakah kita akan larut pada pseudo kemenangan atau kita wujudkan kemenangan itu sesungguhnya dengan mengangkat trofi Piala Dunia di suatu hari nanti. Tanpa harus menjadi orang bodoh tentunya dengan menghabiskan banyak waktu dan uang untuk sesuatu yang sia-sia Kita lihat saja.



No comments:

<< Kembali ke atas